Resiko dan Pilihan Berinvestasi
Sunday, 20 November 2011
Add Comment
Apabila anda melakukan investasi, sebenarnya terdapat dua pilihan dalam melakukan investasi, yakni secara periodik, maupun investasi hanya dengan melakukan sekali saja. Dimana keduanya dapat memberikan nilai investasi yang sama. Tinggal bagaimana anda memilih mana yang sesuai dengan keadaan keuangan yang anda miliki.
sedangkan untuk pengertian dari dua pilihan jenis Investasi, bisa anda pahami dibawah ini :
Skala Periodek
Bila berinvestasi secara periodik, berarti anda melakukan investasi secara rutin. Dimana anda bisa melakukan investasi dengan jangka waktu setahun sekali, enam bulan sekali, atau bahkan sebulan sekali. Beberapa orang ada yang berinvestasi setiap satu atau dua minggu sekali. Namun yang penting disini adalah bahwa yang dimaksud dengan periodik adalah melakukan investasi secara rutin.
Secara umum, melakukan investasi secara periodik adalah cara yang paling ampuh untuk mengejar target dana yang besar disuatu hari kelak. Anda tak perlu memiliki jumlah dana yang besar pada saat ini, namun anda cukup hanya menyisihkan sebagian kecil dari penghasilan anda untuk lalu diinvestasikan kedalam sebuah produk investasi. Lama kelamaan, anda akan memiliki saldo investasi yang begitu besar, karena anda juga akan mendapatkan bunga.
Dengan melakukan investasi secara periodik sama seperti seorang tukang bangunan yang sedang membuat dinding. Apa yang ia lakukan adalah mengambil sebuah batu bata, kemudian mengoleskannya dengan semen, lalu menempelkannya. Ambil lagi sebuah batu bata, memberikan semen, dan menempelkannya disebelah kiri maupun kanan batu bata yang tadi. Begitu seterusnya sampai ia bisa menyelesaikan satu lapis. Setelah itu, ia akan melanjutkannya dengan lapis kedua. Lapis kedua selesai, dilanjutkan dengan lapis ketiga. Dan begitu seterusnya.
Dengan begitu lama kelamaan, anda akan melihat sebuah dinding. Persis seperti itulah gambarannya apabila anda berinvestasi secara periodik. Hanya bedanya, dengan berinvestasi, anda juga mendapatkan bunga. Sementara tukang bangunan tadi, tidak mendapatkan 'bunga'. Yang ia lakukan hanyalah seperti menabung kedalam celengan saja secara rutin. Tetapi prinsipnya sama saja: sedikit demi sedikit, akan menjadi bukit.
Hanya Sekali Saja
Anda juga bisa berinvestasi sekali saja (lump sum). Artinya, anda cukup memasukkan uang sekali saja kedalam sebuah produk investasi. Deposito, umpamanya, anda endapkan selama, katakanlah sepuluh tahun. Setiap tahun, anda akan mendapatkan bunga yang bisa ditambahkan keuang pokok. Kemudian didepositokan lagi sehingga bunganya makin lama makin besar. Tapi, selama anda tidak pernah menyentuhnya, sampai selama sepuluh tahun. Setelah sepuluh tahun, anda akan memiliki jumlah dana yang sangat besar.
Berinvestasi secara lump sum sama persis seperti kalau anda naik kesebuah gunung bersalju. Dari atas, anda mengambil sekumpulan salju dengan tangan anda, lalu membentuknya menjadi sebuah bola. Setelah itu, anda lepaskan bola salju tersebut dari atas, untuk digelindingkan ke bawah. Apa yang terjadi ? Dalam perjalanannya dari atas sampai kebawah, bola salju tersebut makin lama akan semakin besar. Dan pertumbuhan bola salju itu persis seperti deret ukur :
1, 2, 4, 8, 16, 32, 64, 128, 256, 512, 1024, 2048, 4096, dan seterusnya. seperti itulah gambarannya apabila anda berinvestasi dengan cara lump sum.
Gunakan Hukum 72
Kapan investasi anda akan berlipat menjadi dua ? Jikalau anda melakukan investasi sekali saja, maka ada saatnya jumlah investasi anda akan berlipat dua. Sebagai contoh, bila anda menginvestasikan Rp 1 juta pada deposito yang mampu memberikan suku bunga sebesar 12% per-tahun (di-roll over setiap tahun), maka uang Rp 1 juta anda akan berlipat dua dalam waktu enam tahun.
Cara menghitungnya ialah dengan menggunakan "Hukum 72". Bagi angka 72 dengan suku bunga (misalnya 12%) dari produk investasi anda. Sebagai contoh: (72/12) x 1 tahun = 6 tahun. Itulah jangka waktu yang dibutuhkan agar investasi anda dapat berlipat dua.
Resiko Berinvestasi yang Paling Ditakutkan
"Beranikah saya mengambil risiko dalam berinvestasi ?" Mungkin pertanyaan ini sering terlontar bila anda sedang menimbang-nimbang untuk melakukan investasi. Katakan anda punya uang Rp 10 juta, dan anda bingung apakah akan menaruhnya dibank atau ditempat lain. Kalau ditaruh dibank, anda mungkin merasa aman. Tetapi kadang-kadang, tawaran investasi ditempat lain seringkali cukup besar dan sangat menggoda, sehingga kadang-kadang menakutkan untuk anda lakukan.
Yang namanya investasi pasti memiliki resikonya masing-masing. Nah, dari pengalaman saya selama ini, biasanya hanya ada tiga (3) risiko yang paling ditakutkan orang ketika mereka melakukan berinvestasi :
1. Turunnya Nilai Investasi
Risiko yang paling ditakuti oleh orang ketika berinvestasi pada umumnya adalah "Apakah uang saya akan hilang ?" Kebanyakan orang mungkin menjawab "tidak" kalau ditanya seperti itu. Iyalah, mana ada, sih orang yang mau kehilangan uangnya ? Akan tetapi, masalahnya, yang namanya resiko pasti ada dalam setiap jenis investasi. Hanya bedanya adalah di ukurannya. Ada produk investasi yang risikonya cukup besar, ada yang sedang, dan ada pula yang kecil. Itu semua mungkin butuh pembahasan yang khusus.
Sekarang kalau anda berinvestasi, seberapa besar penurunan nilai yang bersedia anda tanggung bila anda mengalami kerugian ? 10 persen ? 30 persen ? 50 persen ? atau mungkin hingga 100 persen ? Berapapun besar kerugian yang bersedia anda tanggung, ingatlah, itu adalah bagian dari berinvestasi. Jangan pernah mengharapkan anda akan terus-menerus untung. Yang namanya kerugian, sesekali memang harus dialami. Kalau enggak mengalami, ya enggak belajar, betul tidak ?
2. Sulitnya Produk Investasi Untuk Dijual
Risiko kedua yang paling ditakuti oleh orang ketika berinvestasi adalah apakah, produk investasi yang dibelinya itu akan mudah untuk dijual kembali. Beberapa orang mungkin senang berinvestasi kepada emas karena emas dianggap mudah untuk dijual kembali. Akan tetapi, ada juga orang yang berinvestasi kedalam mata uang dolar Amerika, dan dolar tersebut cepat-cepat dimasukkannya ke bank. Ini karena bila dolar itu disimpan dilemari, maka kondisi fisik dari uang kertasnya mungkin akan menurun, dan itu kadang-kadang akan menyulitkan bila suatu saat dolar itu hendak dijual kembali. Maklum, beberapa bank seringkali tidak mau membeli mata uang asing apabila kondisi uang kertasnya robek, rusak atau kumal.
Contoh lain dari produk investasi yang tidak selalu mudah untuk dijual kembali adalah barang-barang Koleksi. Barang-barang koleksi pada umumnya tidak selalu mudah untuk dijual kembali karena pasar para pembeli barang-barang ini sangat spesifik. Lukisan misalnya. Karena pasarnya yang spesifik, tidak selalu mudah dalam menjual lukisan. Tapi, sekali terjual, bisa saja harganya sangat tinggi dan memberikan untung yang lumayan buat orang yang menjualnya.
Maka, sebelum anda memutuskan untuk berinvestasi, ketahui lebih dulu seberapa mudahnya produk investasi yang akan anda pilih agar bisa dijual kembali. Jangan sampai anda berinvestasi tapi tidak bisa menjualnya, karena barangnya memang sulit untuk dijual kembali.
3. Hasil Investasi yang Diberikan Tidak Sebesar Kenaikan Harga Barang dan Jasa
Coba anda bayangkan apabila anda berinvestasi pada deposito yang memberikan bunga 10 persen setahun, sedangkan dalam setahun harga barang dan jasa malah naik 15 persen ? Hal ini seringkali terjadi, bukan karena terlalu tingginya kenaikan harga barang dan jasa, melainkan karena produk yang dipilih itu sendiri belum tentu sesuai.
Beberapa dari anda mungkin menginginkan produk investasi yang aman dan konservatif. Tetapi, konsekuensinya ialah bahwa Hasil Investasi yang didapat mungkin saja tidak bisa menyamai kenaikan harga barang dan jasa. Kalau itu terus anda alami dari tahun ketahun, maka anda akan mengalami bangkrut.
Apa yang harus anda lakukan untuk menghadapi risiko ini ? Jangan menutup diri terhadap informasi. Pelajari produk-produk jenis investasi lain yang mungkin anda belum tahu, dan setelah itu cobalah masuk ke situ dengan mempertimbangkan segala konsekuensinya. Dengan begitu anda pasti bisa mengatasi tingginya kenaikan harga barang dan jasa dengan berinvestasi pada produk yang memang berpotensi untuk bisa memberikan hasil yang lebih tinggi dibanding kenaikan harga barang.
Sumber Skala Periodek
Bila berinvestasi secara periodik, berarti anda melakukan investasi secara rutin. Dimana anda bisa melakukan investasi dengan jangka waktu setahun sekali, enam bulan sekali, atau bahkan sebulan sekali. Beberapa orang ada yang berinvestasi setiap satu atau dua minggu sekali. Namun yang penting disini adalah bahwa yang dimaksud dengan periodik adalah melakukan investasi secara rutin.
Secara umum, melakukan investasi secara periodik adalah cara yang paling ampuh untuk mengejar target dana yang besar disuatu hari kelak. Anda tak perlu memiliki jumlah dana yang besar pada saat ini, namun anda cukup hanya menyisihkan sebagian kecil dari penghasilan anda untuk lalu diinvestasikan kedalam sebuah produk investasi. Lama kelamaan, anda akan memiliki saldo investasi yang begitu besar, karena anda juga akan mendapatkan bunga.
Dengan melakukan investasi secara periodik sama seperti seorang tukang bangunan yang sedang membuat dinding. Apa yang ia lakukan adalah mengambil sebuah batu bata, kemudian mengoleskannya dengan semen, lalu menempelkannya. Ambil lagi sebuah batu bata, memberikan semen, dan menempelkannya disebelah kiri maupun kanan batu bata yang tadi. Begitu seterusnya sampai ia bisa menyelesaikan satu lapis. Setelah itu, ia akan melanjutkannya dengan lapis kedua. Lapis kedua selesai, dilanjutkan dengan lapis ketiga. Dan begitu seterusnya.
Dengan begitu lama kelamaan, anda akan melihat sebuah dinding. Persis seperti itulah gambarannya apabila anda berinvestasi secara periodik. Hanya bedanya, dengan berinvestasi, anda juga mendapatkan bunga. Sementara tukang bangunan tadi, tidak mendapatkan 'bunga'. Yang ia lakukan hanyalah seperti menabung kedalam celengan saja secara rutin. Tetapi prinsipnya sama saja: sedikit demi sedikit, akan menjadi bukit.
Hanya Sekali Saja
Anda juga bisa berinvestasi sekali saja (lump sum). Artinya, anda cukup memasukkan uang sekali saja kedalam sebuah produk investasi. Deposito, umpamanya, anda endapkan selama, katakanlah sepuluh tahun. Setiap tahun, anda akan mendapatkan bunga yang bisa ditambahkan keuang pokok. Kemudian didepositokan lagi sehingga bunganya makin lama makin besar. Tapi, selama anda tidak pernah menyentuhnya, sampai selama sepuluh tahun. Setelah sepuluh tahun, anda akan memiliki jumlah dana yang sangat besar.
Berinvestasi secara lump sum sama persis seperti kalau anda naik kesebuah gunung bersalju. Dari atas, anda mengambil sekumpulan salju dengan tangan anda, lalu membentuknya menjadi sebuah bola. Setelah itu, anda lepaskan bola salju tersebut dari atas, untuk digelindingkan ke bawah. Apa yang terjadi ? Dalam perjalanannya dari atas sampai kebawah, bola salju tersebut makin lama akan semakin besar. Dan pertumbuhan bola salju itu persis seperti deret ukur :
1, 2, 4, 8, 16, 32, 64, 128, 256, 512, 1024, 2048, 4096, dan seterusnya. seperti itulah gambarannya apabila anda berinvestasi dengan cara lump sum.
Gunakan Hukum 72
Kapan investasi anda akan berlipat menjadi dua ? Jikalau anda melakukan investasi sekali saja, maka ada saatnya jumlah investasi anda akan berlipat dua. Sebagai contoh, bila anda menginvestasikan Rp 1 juta pada deposito yang mampu memberikan suku bunga sebesar 12% per-tahun (di-roll over setiap tahun), maka uang Rp 1 juta anda akan berlipat dua dalam waktu enam tahun.
Cara menghitungnya ialah dengan menggunakan "Hukum 72". Bagi angka 72 dengan suku bunga (misalnya 12%) dari produk investasi anda. Sebagai contoh: (72/12) x 1 tahun = 6 tahun. Itulah jangka waktu yang dibutuhkan agar investasi anda dapat berlipat dua.
Resiko Berinvestasi yang Paling Ditakutkan
"Beranikah saya mengambil risiko dalam berinvestasi ?" Mungkin pertanyaan ini sering terlontar bila anda sedang menimbang-nimbang untuk melakukan investasi. Katakan anda punya uang Rp 10 juta, dan anda bingung apakah akan menaruhnya dibank atau ditempat lain. Kalau ditaruh dibank, anda mungkin merasa aman. Tetapi kadang-kadang, tawaran investasi ditempat lain seringkali cukup besar dan sangat menggoda, sehingga kadang-kadang menakutkan untuk anda lakukan.
Yang namanya investasi pasti memiliki resikonya masing-masing. Nah, dari pengalaman saya selama ini, biasanya hanya ada tiga (3) risiko yang paling ditakutkan orang ketika mereka melakukan berinvestasi :
1. Turunnya Nilai Investasi
Risiko yang paling ditakuti oleh orang ketika berinvestasi pada umumnya adalah "Apakah uang saya akan hilang ?" Kebanyakan orang mungkin menjawab "tidak" kalau ditanya seperti itu. Iyalah, mana ada, sih orang yang mau kehilangan uangnya ? Akan tetapi, masalahnya, yang namanya resiko pasti ada dalam setiap jenis investasi. Hanya bedanya adalah di ukurannya. Ada produk investasi yang risikonya cukup besar, ada yang sedang, dan ada pula yang kecil. Itu semua mungkin butuh pembahasan yang khusus.
Sekarang kalau anda berinvestasi, seberapa besar penurunan nilai yang bersedia anda tanggung bila anda mengalami kerugian ? 10 persen ? 30 persen ? 50 persen ? atau mungkin hingga 100 persen ? Berapapun besar kerugian yang bersedia anda tanggung, ingatlah, itu adalah bagian dari berinvestasi. Jangan pernah mengharapkan anda akan terus-menerus untung. Yang namanya kerugian, sesekali memang harus dialami. Kalau enggak mengalami, ya enggak belajar, betul tidak ?
2. Sulitnya Produk Investasi Untuk Dijual
Risiko kedua yang paling ditakuti oleh orang ketika berinvestasi adalah apakah, produk investasi yang dibelinya itu akan mudah untuk dijual kembali. Beberapa orang mungkin senang berinvestasi kepada emas karena emas dianggap mudah untuk dijual kembali. Akan tetapi, ada juga orang yang berinvestasi kedalam mata uang dolar Amerika, dan dolar tersebut cepat-cepat dimasukkannya ke bank. Ini karena bila dolar itu disimpan dilemari, maka kondisi fisik dari uang kertasnya mungkin akan menurun, dan itu kadang-kadang akan menyulitkan bila suatu saat dolar itu hendak dijual kembali. Maklum, beberapa bank seringkali tidak mau membeli mata uang asing apabila kondisi uang kertasnya robek, rusak atau kumal.
Contoh lain dari produk investasi yang tidak selalu mudah untuk dijual kembali adalah barang-barang Koleksi. Barang-barang koleksi pada umumnya tidak selalu mudah untuk dijual kembali karena pasar para pembeli barang-barang ini sangat spesifik. Lukisan misalnya. Karena pasarnya yang spesifik, tidak selalu mudah dalam menjual lukisan. Tapi, sekali terjual, bisa saja harganya sangat tinggi dan memberikan untung yang lumayan buat orang yang menjualnya.
Maka, sebelum anda memutuskan untuk berinvestasi, ketahui lebih dulu seberapa mudahnya produk investasi yang akan anda pilih agar bisa dijual kembali. Jangan sampai anda berinvestasi tapi tidak bisa menjualnya, karena barangnya memang sulit untuk dijual kembali.
3. Hasil Investasi yang Diberikan Tidak Sebesar Kenaikan Harga Barang dan Jasa
Coba anda bayangkan apabila anda berinvestasi pada deposito yang memberikan bunga 10 persen setahun, sedangkan dalam setahun harga barang dan jasa malah naik 15 persen ? Hal ini seringkali terjadi, bukan karena terlalu tingginya kenaikan harga barang dan jasa, melainkan karena produk yang dipilih itu sendiri belum tentu sesuai.
Beberapa dari anda mungkin menginginkan produk investasi yang aman dan konservatif. Tetapi, konsekuensinya ialah bahwa Hasil Investasi yang didapat mungkin saja tidak bisa menyamai kenaikan harga barang dan jasa. Kalau itu terus anda alami dari tahun ketahun, maka anda akan mengalami bangkrut.
Apa yang harus anda lakukan untuk menghadapi risiko ini ? Jangan menutup diri terhadap informasi. Pelajari produk-produk jenis investasi lain yang mungkin anda belum tahu, dan setelah itu cobalah masuk ke situ dengan mempertimbangkan segala konsekuensinya. Dengan begitu anda pasti bisa mengatasi tingginya kenaikan harga barang dan jasa dengan berinvestasi pada produk yang memang berpotensi untuk bisa memberikan hasil yang lebih tinggi dibanding kenaikan harga barang.
0 Response to "Resiko dan Pilihan Berinvestasi"
Post a Comment