Forex Menurut Pandangan Masyarakat
Saturday, 19 November 2011
Add Comment
Terdapat beberapa Pandangan di masyarakat yang menyatakan bahwa lebih baik berinvestasi disektor riil daripada sektor non riil. Karena pada sektor riil tersebut merupakan bidang yang jelas terlihat oleh masyarakat, seperti bidang penjualan produk dan jasa. Apabila memiliki dana yang berlebihan, maka cenderung berinvestasi dalam bidang properti, pembelian Franchise. Kalaupun hendak berinvestasi disektor non riil, maka saham dan reksa dana lebih dipilih dari pada forex trading. Alasannya, saham dan reksadana nampak ‘lebih riil’ dibandingkan dengan forex.
Namun seiring dengan semakin meningkatnya kecerdasan masyarakat Indonesia dalam investasi, maka dapat dikatakan bahwa forex trading akan menjadi salah satu alternatif utama pada investasi sektor non riil selain saham. Besarnya return yang dapat diberikan dan likuiditas forex trading menjadi salah satu keunggulan sektor investasi. Ditambah, pemerintah mulai berperan aktif sebagai regulator dalam produk perdagangan berjangka (seperti forex. komoditi dan index, dll).
Ketakutan yang mendasar ialah mengenai prinsip “High Risk High Return” dari forex trading itu sendiri serta kurangnya edukasi pada investor sehingga menyebabkan kesulit bagi investor pemula dalam memprediksi pergerakan sebuah harga yang berakhir pada kerugian. Pada sisi high return forex trading menyebabkan siapa saja dapat memperoleh keuntungan besar hanya dalam tempo yang sangat singkat. Namun seperti pedang bermata dua, apabila kita dapat memperoleh keuntungan yang cukup besar maka resiko kerugian pun sama besarnya dan berbanding lurus dengan penguasaan teknik bertrading, informasi dan mental investor.
Permasalahan bagi seorang investor pemula ialah kebanyakan hanya melihat dari sisi High Return forex trading tersebut, yang dimana keuntungan bisa mencapai 20% dari modal asal hanya dalam satu hari. Namun tidak pada sisi High Risk-nya. Ditambah adanya beberapa marketing lokal yang memasarkan forex dengan menonjolkan sisi return-nya melulu tanpa memberikan informasi atau kemampuan bertrading yang cukup. Pada akhirnya kerugian para investor baru membentuk stigma buruk masyarakat bahwa forex trading adalah sama dengan judi. Meskipun demikian, sebenarnya ada fasilitas manajemen resiko (risk management) yang disiapkan oleh sistem untuk kita, dalam menangani resiko yang besar dalam berinvestasi forex. Jadi, meskipun beresiko, tidak sepenuhnya demikian.
Yang dapat membedakan antara investasi dengan judi adalah, meskipun sama-sama memiliki unsur spekulasi, investasi memiliki instrumen analisa dan predictor dalam membaca situasi ke depan. Artinya, investasi bukanlah sekedar sebuah ajang spekulasi, unsur spekulasi harus lebih kecil dari nilai kepastian prediksi. Jika tidak, maka hal tersebut menjadi ajang perjudian dimana ilmu yang digunakan hanya ilmu probabilitas (peluang) saja.
Forex trading memiliki berbagai macam indikator analisa, baik itu teknikal dan fundamental, Untuk memprediksi sebuah pergerakan kurs valuta asing. Jadi trend menguat dan melemahnya suatu mata uang dapat diprediksikan dengan analisa-analisa yang ada (analisa > spekulasi). Pertimbangan lainnya adalah seandainya itu adalah perjudian maka tentu investasi ini dilarang oleh pemerintah dan pemerintahan di negara lain. Sebaliknya, keberadaannya semakin menguat dan perputaran uang yang terjadi semakin besar dibandingkan dengan produk bursa lainnya.
Banyak orang yang mengatakan bahwa : bertransaksi forex sama artinya dengan bermain judi. Dan anggapan ini akan semakin santer dengan adanya beberapa nasabah yang mengalami kerugian pada instrumen investasi yang satu ini.
Perihal yang menjadi pertimbangan lainnya, seandainya forex itu adalah sebuah perjudian, tentunya investasi secama ini dilarang keberadaannya oleh pemerintah maupun oleh pemerintahan dinegara lainnya. Alih-alih dilarang, keberadaannya semakin menguat dan perputaran uang yang terjadi malah yang terbesar dibanding produk bursa lainnya.
Nasabah yang mengalami kerugian dipasar forex (banyak diantaranya dialami oleh seorang pemula) menyebabkan mereka beranggapan forex tersebut sama dengan judi. Padahal satu-satunya penyebab kerugian dari dana mereka adalah mereka sendiri! Mereka mungkin tahu tentang forex trading namun tidak menguasainya. Karena kurangnya pemahaman instrumen analisa yang ada, potensi kerugian menjadi lebih besar dan itulah yang menimpa pada diri mereka.
Terdapat pepatah lama yang mengatakan bahwa mereka yang mengetahui akan dikalahkan oleh mereka yang memahami. Mereka yang memahami akan dikalahkan oleh mereka yang menguasai. Mereka yang menguasai akan dikalahkan oleh mereka yang menyukai dan mereka yang menyukai akan dikalahkan oleh mereka yang menghayati. Saya rasa ini pun berlaku pada forex trading.
Namun seiring dengan semakin meningkatnya kecerdasan masyarakat Indonesia dalam investasi, maka dapat dikatakan bahwa forex trading akan menjadi salah satu alternatif utama pada investasi sektor non riil selain saham. Besarnya return yang dapat diberikan dan likuiditas forex trading menjadi salah satu keunggulan sektor investasi. Ditambah, pemerintah mulai berperan aktif sebagai regulator dalam produk perdagangan berjangka (seperti forex. komoditi dan index, dll).
Ketakutan yang mendasar ialah mengenai prinsip “High Risk High Return” dari forex trading itu sendiri serta kurangnya edukasi pada investor sehingga menyebabkan kesulit bagi investor pemula dalam memprediksi pergerakan sebuah harga yang berakhir pada kerugian. Pada sisi high return forex trading menyebabkan siapa saja dapat memperoleh keuntungan besar hanya dalam tempo yang sangat singkat. Namun seperti pedang bermata dua, apabila kita dapat memperoleh keuntungan yang cukup besar maka resiko kerugian pun sama besarnya dan berbanding lurus dengan penguasaan teknik bertrading, informasi dan mental investor.
Permasalahan bagi seorang investor pemula ialah kebanyakan hanya melihat dari sisi High Return forex trading tersebut, yang dimana keuntungan bisa mencapai 20% dari modal asal hanya dalam satu hari. Namun tidak pada sisi High Risk-nya. Ditambah adanya beberapa marketing lokal yang memasarkan forex dengan menonjolkan sisi return-nya melulu tanpa memberikan informasi atau kemampuan bertrading yang cukup. Pada akhirnya kerugian para investor baru membentuk stigma buruk masyarakat bahwa forex trading adalah sama dengan judi. Meskipun demikian, sebenarnya ada fasilitas manajemen resiko (risk management) yang disiapkan oleh sistem untuk kita, dalam menangani resiko yang besar dalam berinvestasi forex. Jadi, meskipun beresiko, tidak sepenuhnya demikian.
Yang dapat membedakan antara investasi dengan judi adalah, meskipun sama-sama memiliki unsur spekulasi, investasi memiliki instrumen analisa dan predictor dalam membaca situasi ke depan. Artinya, investasi bukanlah sekedar sebuah ajang spekulasi, unsur spekulasi harus lebih kecil dari nilai kepastian prediksi. Jika tidak, maka hal tersebut menjadi ajang perjudian dimana ilmu yang digunakan hanya ilmu probabilitas (peluang) saja.
Forex trading memiliki berbagai macam indikator analisa, baik itu teknikal dan fundamental, Untuk memprediksi sebuah pergerakan kurs valuta asing. Jadi trend menguat dan melemahnya suatu mata uang dapat diprediksikan dengan analisa-analisa yang ada (analisa > spekulasi). Pertimbangan lainnya adalah seandainya itu adalah perjudian maka tentu investasi ini dilarang oleh pemerintah dan pemerintahan di negara lain. Sebaliknya, keberadaannya semakin menguat dan perputaran uang yang terjadi semakin besar dibandingkan dengan produk bursa lainnya.
Banyak orang yang mengatakan bahwa : bertransaksi forex sama artinya dengan bermain judi. Dan anggapan ini akan semakin santer dengan adanya beberapa nasabah yang mengalami kerugian pada instrumen investasi yang satu ini.
Perihal yang menjadi pertimbangan lainnya, seandainya forex itu adalah sebuah perjudian, tentunya investasi secama ini dilarang keberadaannya oleh pemerintah maupun oleh pemerintahan dinegara lainnya. Alih-alih dilarang, keberadaannya semakin menguat dan perputaran uang yang terjadi malah yang terbesar dibanding produk bursa lainnya.
Nasabah yang mengalami kerugian dipasar forex (banyak diantaranya dialami oleh seorang pemula) menyebabkan mereka beranggapan forex tersebut sama dengan judi. Padahal satu-satunya penyebab kerugian dari dana mereka adalah mereka sendiri! Mereka mungkin tahu tentang forex trading namun tidak menguasainya. Karena kurangnya pemahaman instrumen analisa yang ada, potensi kerugian menjadi lebih besar dan itulah yang menimpa pada diri mereka.
Terdapat pepatah lama yang mengatakan bahwa mereka yang mengetahui akan dikalahkan oleh mereka yang memahami. Mereka yang memahami akan dikalahkan oleh mereka yang menguasai. Mereka yang menguasai akan dikalahkan oleh mereka yang menyukai dan mereka yang menyukai akan dikalahkan oleh mereka yang menghayati. Saya rasa ini pun berlaku pada forex trading.
0 Response to "Forex Menurut Pandangan Masyarakat"
Post a Comment